Pembukaan Bertahap di Indonesia Dilakukan Dengan Penuh Kehati-hatian
korandetak.com, Jakarta – Indonesia saat ini secara bertahap kembali melakukan pembukaan kegiatan sektor sosial-ekonomi. Pembukaan secara bertahap ini dilakukan setelah kondisi pandemi COVID-19 terkendali ditandai terus menurunnya penambahan kasus setiap harinya sejak puncak kedua pada bulan Juli 2021. Penurunan ini telah berlangsung selama 13 minggu berturut-turut.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan kondisi saat ini merupakan hasil dari penanganan kasus yang sebelumnya melonjak. Maka keputusan untuk melakukan pembukaan secara bertahap didasarkan pada pola peningkatan kasus.
“Melihat ke belakang, peningkatan kasus tidak terlepas dari peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat selama masa liburan,” Wiku dalam virtual International Media Briefing di Graha BNPB, Selasa (18/10/2021) yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia.
Untuk memahami lebih jelas, perkembangan kasus positif dalam sepekan terakhir turun menjadi 6.826 setelah mencapai angka tertinggi 542.236 selama lonjakan kedua. Penurunan kasus juga berkaitan erat dengan penurunan angka kesembuhan, dikarenakan jumlah kasus yang menurun. Pekan lalu saja, ada 12.567 orang sembuh, sementara jumlah kesembuhan tertinggi di lonjakan kedua 176.934 orang.
Pada kasus aktif atau pasien yang membutuhkan perawatan medis, juga terus menurun jumlahnya. Pada saat puncak kedua jumlahnya mencapai 542.236 kasus atau 18,84%, kini turun menjadi 16.388 atau 0,43%.
Sejalan itu, angka positivity rate juga mengalami penurunan drastis menjadi 0,56% setelah mencapai 26,76% saat puncak kedua. Serta tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan atau Bed Occupancy Rate (BOR) menjadi 5,69% dari sebelumnya 77,77% pada saat puncak kedua.
Wiku menambahkan, dalam rangka pembukaan secara bertahap, perlu belajar dengan cara melihat jauh ke belakang pada penanganan pandemi sejak tahun 2020. Mencermati pola peningkatan kasus, akan menjadi pembelajaran penting dalam pembukaan bertahap.
Seperti peningkatan kasus, terjadi 2 minggu paska periode Idul Fitri 2020. Kasus meningkat 214% dan berlangsung selama 7 pekan, meski bisa ditekan dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
Namun peningkatan serupa terjadi lagi pada 2 minggu setelah libur bersama Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru 2021. Peningkatan ini terjadi saat pemerintah menerapkan kebijakan PSBB transisi. Pada periode ini, kasus meningkat selama 13 minggu hingga mencapai puncak pertama dengan peningkatan 389% kasus lebih tinggi.
Lalu, di tahun 2021, kasus sempat mencapai titik terendah pada 10 Mei. Namun, peningkatan kasus kembali terjadi 3 minggu setelah libur Idul Fitri. Meskipun saat itu kebijakan penghapusan mudik telah ditetapkan. Adanya varian Delta memicu lonjakan kasus yang sangat signifikan hingga mencapai puncak kasus kedua, sebesar 880% lebih tinggi dibandingkan titik kasus terendah.
Belajar dari tren kasus yang meningkat, penting untuk menganalisis momentum yang tepat untuk pembukaan bertahap. Selain mempertimbangkan data kasus positif dan BOR, juga perlu diperhatikan laju reproduksi efektif (Rt). Angka ini menunjukkan rata-rata jumlah kasus yang dapat terjadi dari satu orang positif dalam kurun waktu tertentu.
Pada saat lonjakan kasus kedua, Rt nasional adalah 1,41. Saat ini, Rt nasional adalah 0,70. Nilai Rt kurang dari 1 menunjukkan potensi penularan yang rendah di masyarakat. “Oleh karena itu, diharapkan kegiatan dapat dilanjutkan kembali, meski dengan kewaspadaan penuh. Langkah-langkah pengendalian juga sedang disiapkan dengan mempelajari pola peningkatan kasus sebelumnya,” lanjutnya.
Kondisi COVID-19 di Indonesia yang saat ini membaik, tercapai berkat dukungan seluruh lapisan masyarakat, peran tenaga kesehatan sebagai garda terdepan pengendalian, serta kerjasama berbagai sektor, kementerian, dan lembaga.
“Oleh karena itu, dalam periode pembukaan bertahap ini, prestasi tersebut harus dipertahankan. Dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan dalam setiap kegiatan, pengujian ekstensif, dan kesediaan untuk divaksinasi, produktivitas masyarakat dapat terus dilakukan dengan aman,” tegas Wiku. (yn)