Sudah Saatnya, Penambangan Pasir Merapi Ditata Ulang
korandetak.com, Magelang – Penambangan pasir di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang telah berlangsung sejak tahun delapan puluhan, hingga saat ini meninggalkan tanah yang tandus dan kering.
Yang mana hutan yang berawal dari wilayah dengan penuh hutan Pinus yang rindang, teduh, sejuk dan indah, kini telah lama lenyap tinggal kenangan setelah dikeruk dan diambil paksa pasirnya dengan membabi buta.
Serta saat quantitas pasirnya telah habis, lokasi itu dibiarkan merana menangis bersama alam sekitarnya yang juga membisu.
Kenyataan ketidakadilan atas perlakuan alam ini, yang membuat anak-anak bangsa yang tergabung dalam Eco Green Community geram.
“Bagaimana tidak geram, melihat kenyataan yang terjadi di lapangan betul-betul sangat memperihatinkan,” kata Mbah Roso, seorang penggiat lingkungan Magelang.
Pernyataan Mbah Roso terkuak dalam pertemuan antara pihak penambang yang diwakili oleh BW , Mbah Roso dan Ghufron mewakili Eco Green Community, di rest area Kaliputih, Salam, Sabtu (20/03/2021)
Yang mana dimediasi oleh Gus Faisol pengasuh dari Pondok Pesantren Randukuning, Muntilan.
Lebih jauh, Mbah Roso juga menyampaikan kalau “Pertambangan pasir di sekitar merapi harus ditata dengan baik, Kalau tidak tertata dengan rapi yang terjadi bukan saja kerusakan lingkungan dan pedesaan yang menjadi carut marut, supply cadangan air bersih untuk masyarakat sekitar pun semakin menipis karena telah hilangnya resapan untuk air hujan di daerah tersebut.” Jelas Mbah Roso
“Disamping itu, pola dan gaya hidup masyarakat pedesaan yang pasti akan berubah.” Lanjutnya.
“Nah, Keprihatinan akan hilangnya nilai-nilai budaya lokal dan karakter genius lokal ini yang akan tergerus oleh faktor kapitalisasi yang kini menjadi trend baru di pedesaan-pedesaan yang mana terdampak penambangan pasir itu.” Tutur Mbah Roso.
“Saya juga meyakini bahwa di saat pandemi seperti ini ribuan orang menggantungkan hidupnya atas kekayaan alam Merapi. Tetapi tolong, saat pengambilan kekayaan alam Merapi, juga harus memberikan timbal balik atas sesuatu yang telah di ambil dari hasil Merapi.” Tegas Mbah Roso.
Menurut Mbah Roso, hal yang harus diberikan dari hasil Merapi adalah menganggarkan dana untuk pemulian dan pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan masyarakat sekitarnya, jelas dari Mbah Roso yang menjadi Tim Sukses (timses) Jokowi Makruf pada pilpres 2019 kemarin, dimana ia telah mendirikan relawan Kurma.
Memang Mbah Roso tidak berbicara tentang penghentian pertambangan, mengembalikan alam Merapi seperti semula atau program penghijauan lain untuk pasca penambangan.
Mbah Roso sadar, bahwa “penambangan pasir Merapi tentu melibatkan tangan-tangan kokoh dan banyak pihak yang terkait di dalamnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko kehancuran atas pertambangan, baik kehancuran penambang maupun alam yang ditambang, Mbah Roso mengambil jalan tengah, yaitu kembalikan sebagian dari hasil Merapi untuk di alokasikan ke masyarakat.
“Kalau tidak ingin bernasib sama dengan penambang-penambang sebelumnya, yaitu kebangkrutan total dalam kehidupannya,” tutup Mbah Roso dalam pertemuan itu. (rv)