Sepatu Produk Napi Rutan Tangerang: Harga Murah, Kualitas Mewah

TANGERANG – Warga Binaan (Napi) Rutan Kelas I Tangerang mengasah kemampuannya di  bengkel Bimbingan Kegiatan (Bimgiat). Bagaimana tidak, mereka kini sudah mahir dalam menciptakan sebuah karya.

Salah satu icon di Rutan Kelas I Tangerang yaitu Produksi Sepatunya, sebab, sepatu uang dibuat oleh tangan warga binaan itu merupakan sepatu sneakers.

Kepala Rutan Kelas I Tangerang Akhmad Zaenal Fikri mengatakan pembuatan sneakers bermerek Rutira merupakan bagian dari pembinaan Rutan kepada para warga binaan.

“Mereka melakukan kegiatan kerja dari pagi hingga sore, Mereka berada di Bimgiat melalui assesmen. Mereka punya kemauan keras dan betul-betul mau belajar,” ujar Fikri.

Apa yang mereka lakukan ternyata tidak sia-sia, soalnya para napi itu diberi upah untuk sebuah pekerjaan membuat sepatu Rutira.

Fikri, sapaan akrab Kepala Rutan, ia menyebut pembagian hasil adalah 30 persen untuk para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Bimgiat, 70 persen untuk pengembangan program seperti pembelian bahan kain mesh dan material lain.

Selama ini, Sepatu merek Rutira buatan Rutan Jambe diklaim diminati pasar.

Menurut Fikri, pesanan mulai mengalir dari berbagai instansi internal Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) di luar daerah seperti Maros, Sulawesi, Pulau Kalimantan, Sumatera, Semarang, Jawa Tengah.

“Belum lama ini, Ibu Dirjen PAS juga pesan sekitar enam puluh pasang untuk kegiatan senam Dharma Wanita, sudah kami kirim pekan lalu,”kata Fikri.

Karutan Fikri mengatakan pihaknya saat itu terpaksa menolak order sebanyak satu truk kontiner. Sebab, Fikri merasa SDM yang ada sangat terbatas, belum mampu melakukan produksi sepatu sebanyak itu.

“Soal kualitas bisa diadu, produk sneakers Rutira tak kalah dari sepatu pabrikan,” katanya tertawa.

Fikri mengatakan Rutan Kelas I Tangerang sering mengikutsertakan karya warga binaannya dalam ajang pameran yang digelar di Tangerang maupun Jakarta.

“Kekurangan di Bimgiat ini adalah mesin press sol sepatu yang belum memadai, dan tentu sumber daya manusia,” kata Fikri soal tidak sembarang narapidana bisa langsung ikut bekerja di bengkel.

Disisi lain, Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas I Tangerang Gilang Riflianto mengatakan pengawasan terhadap para narapidana yang berada di Bimgiat dilakukan dengan ketat.

“Bagaimanapun mereka adalah tahanan,” kata Gilang. Sebagaimana dikutip dari tempo.

Jika sedang mengerjakan pesanan maka produksi dikebut hingga lembur pun dilakukan. Para narapidana itu bekerja seperti jadwal pukul.08.00 WIB. Mereka baru masuk sel di blok masing-masing pukul 22.00 WIB dari jadwal biasa pukul 17.00 WIB.

Gilang menyebut angka produksi waktu lembur bisa naik dua kali lipat dari produksi hari biasa yakni 10 pasang sepatu. Yang menarik, sneakers berbahan mesh ini sudah bisa dibeli di pasar daring (dalam jaringan) seperti Tokopedia, Shopee, dan OLX dengan nama toko Rutira Bimgiat Jambe dengan kisaran harga Rp 100 hingga 150 ribu.

“Kami rangkul, lembur pun kami menemani. Saya suka belikan nasi goreng dan kopi agar semangat ngerjain pesanan (sepatu Rutira),” imbuh Gilang.

Pada dua pekan ini misalnya, ke-15 narapidana di Bimgiat telah menyelesaikan 60 pasang sepatu pesanan Dharma Wanita Ditjen PAS dan 40 pasang dari kantor Kemenkumham wilayah Jawa Timur.

Kini mereka mengerjakan 55 pasang pesanan kantor Kemenkumham wilayah Banten. “Rata-rata untuk dipakai senam dan olahraga,” kata Gilang.

Disisi lain, Salah satu narapidana, Saiful Anwar, saat mengatakan senang karena bisa berkegiatan di dalam Rutan. Pria asal Cikupa itu terperosok ke penjara lantaran kasus narkoba. “Daripada di kamar duduk-duduk saja mendingan di sini bisa kerja menghasilkan uang,” kata Saiful.

Bahkan upah membuat sepatu bisa diberikan kepada anak dan istrinya saat menjenguknya ke penjara. Saiful enggan menyebut angka rupiah, namun dia mengatakan setidaknya dengan bekerja tidak merepotkan keluarganya.

“Saya kapok dipenjara. Tapi kegiatan ini bisa menolong saya ketika nanti sudah di luar, setidaknya saya bisa kerja di pabrik sepatu,” kata Saiful.

Lalu seperti apa detail spesifikasi sepatu buatan narapidana ini.

Karutan Akhmad Zaenal Fikri menyebut sneakers Rutira tak hanya bersaing secara kualitas dengan pabrikan, tapi harganya juga ramah kantong alias terjangkau.

Fikri menyontohkan dirinya yang nyaman memakai sepatu Rutira. Sejak memakainya dua tahun lalu, dia menggunakan sepatu itu untuk jogging, lari bahkan rafting atau arung jeram.

“Saya pikir saat rafting kena air akan jebol solnya. Ternyata tidak, lemnya kuat bahkan bahan mesh cepat kering. Dan tentu sepatunya tuh enteng bisa main di basah dan kering,” ujar Fikri.

Bahan kain mesh yang digunakan untuk sepatu Rutira ini, menurut Fikri, selain memiliki motif unik, jika dilihat dari dekat bahan ini berbentuk jaring-jaring kecil, tapi jika sudah jadi sepatu dipakai di kaki lembut dan warnanya cerah.

Sepatu Rutira memang sudah dikenal masyarakat sejak sebelum pandemi Covid-19, modelnya pun diberi nama sesuai pasal-pasal pidana seperti Casual Mode Pasal 378 , Sporty Mode Pasal 281 atau Sporty Pasal 114. (Red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *