Revolusi Akhlak Versus Revolusi Mental oleh Deden Ridwan
Korandetak.com, Jakarta – Dalam perspektif Islam, Kemaslahatan umat manusia dalam bentuk masyarakat, rakyat dan warga negara, serta lingkungan (tata-ruang) itu sangat ditekankan.
Bangsa atau negara dibentuk dan didirikan dengan tujuan untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan umat manusia. Terang Deden Ridwan Founder dan CEO Reborn Initiative saat di hubungi korandetak.com (22/11/2020).
“Harmoni antara Tuhan, alam dan manusia menjadi sangat penting dalam Islam. Semua kebijakan dan praktik kehidupan negara itu harus didasarkan atas prinsip nilai-nilai Islam yang universal, ramah lingkungan, dan ramah kemanusiaan,” Ucap Deden.
“Negara itu, menurut Islam sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw ketika memimpin Negara Madinah, hadir untuk membangun rasa keadilan warga dan memuliakan sesama manusia,” Jelas Deden.
“Nah, dalam rangka menegakkan tujuan bernegara itulah, Islam tidak membeda-bedakan warga negara berdasarkan etnis, keturunan, kelas sosial dan bahkan agama,” ujarnya “Islam sangat menghargai keragaman, menyantuni perbedaan, dan menghormati HAM & kebebasan beragama, serta pentingnya menjaga konsensus dan kesepakatan” lanjut Deden
Komunitas politik atau Negara Madinah yang dipimpin Nabi Saw itu bukanlah negara agama, artinya negara itu dibentuk bukan semata atas dasar kepentingan satu golongan agama tertentu saja dalam hal ini Islam, tapi atas dasar kesepakatan kepentingan semua golongan. Negara Madinah itu warganya sangat plural, termasuk agamanya.
Dan, semua golongan itu hak-haknya dijaga dan dilindungi penuh oleh negara di bawah pimpinan Nabi SAW.
Negara ini dibentuk atas dasar kesepakatan politik. Karena itu, menjaga konsensus atau kesepakatan politik ini menjadi sangat krusial. Siapa pun atau golongan mana pun yang melanggar kesepakatan tersebut akan ditindak secara tegas oleh Nabi SAW.
Satu hal lagi, menurut Islam, pemihakan pada masyarakat kecil, lemah, miskin, dan terpinggirkan menjadi sangat krusial.
Maka, kehadiran negara secara struktural untuk membela kepentingan mereka, menjadi sangat jelas, negara wajib membela hak-hak kepentingan mereka supaya hidup lebih adil dan sejahtera, negara wajib memuliakan golongan lemah ini.
Tentu saja, secara moral-filosofis model Revolusi Mental atau Akhlak, yang dicontohkan Nabi SAW itu menjadi penting.
Berawal dari mengenal Allah (Tauhid/red) dibuktikan dengan membangun akhlak, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal, akhlak ritual dan individual maupun akhlak sosial, yang dibuktikan dengan membangun sistem sosial, politik, budaya, ekonomi berbasiskan kasih sayang (silaturrahmi) dan terakhir diperkuat dengan pemihakan pada kaum lemah yang terpinggirkan.
Dengan demikian, tujuan bernegara dalam Islam sebagaimana dicontohkan oleh Nabi SAW, sangat sejalan dengan hakikat risalah Islam itu sendiri, yakni memuliakan sesama manusia.
Lalu “Pasca Nabi Wafat sebenarnya siapa pewaris ajaran Nabi Muhammad SAW..?, secara general, pewaris dalam arti yang harus merawat, menjaga dan mengamalkan ajaran Nabi Muhammad Saw itu tentu umat Islam sendiri,” jawabnya
“Namun yang harus merasakan dampaknya dari ajaran itu adalah seluruh manusia dan alam semesta. Karena karakter dasar Islam itu sendiri bersifat universal (rahmatan lil ālamīn),” ucapnya.
Secara khusus, pewaris ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw itu tentu adalah para sahabat dan ulama.
“ Ada sebuah hadis terkenal mengenai Ulama pewaris para Nabi, yang Tentu saja, ulama di sini yang ditekankan adalah integritas dan akhlaknya, bukan asal-usul atau garis keturunannya,” terangnya
Integritas yang dimaksud merujuk pada kepribadian-nya yang teruji, tulus, dan ikhlas dalam menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan.
Sementara akhlak yang dimaksud lebih mencerminkan perilakunya secara sosial, menyejukkan dan menjaga kedamaian, tidak menciptakan kegaduhan dan kekerasan atas nama agama.
Dan sebenarnya yang dilakukan Nabi Muhammad terhadap perubahan prilaku masyarakat saat itu seperti dijelaskan di sebelumnya.
Pertama-tama mengubah mental masyarakat dengan memperkenalkan konsep monoteistik (tauhid).
“Ya, makrifat ketuhananan dalam Islam dikenalkan dengan Tuhan yang esa. Tauhid itu sangat humantustik.” Tegas Lulusan dari Universitas Leiden Belanda ini.
“Nah, turunan dari konsep tauhid ini, Islam menekankan pentingnya akhlak, terutama akhlak sosial,” jelasnya
“Selanjutnya konsep akhlak ini dipertegas pada level kehidupan sosial maupun negara dengan cara membangun suatu sistem yang berbasiskan kasih-sayang. Pada level yang lebih mikro bukti semangat kasih sayang itu ditunjukkan dengan pemihakan pada kaum lemah, miskin dan terpinggirkan,” lanjutnya
“Dan, Apakah Ajaran Islam mengajarkan Intoleran? Yang sangat jelas, Basis dan puncak ajaran Islam itu adalah kasih sayang. Dengan itu, Islam merupakan agama yang sangat menghargai keragaman, menyantuni perbedaan dan menghormati rasa toleransi. Banyak kehidupan Nabi Saw membuktikan nilai-nilai itu.” Tegas Deden
“ Sedangkan bagaimana menurut Islam mengatur Pemerintahan dalam posisi Negara terancam hancur..?, itu semua tergantung pemimpinnya. Bukan saja punya pemihakan pada rakyat, tapi juga harus berani habis-habisan membela kepentingan rakyatnya tanpa reserve,” tutup Deden. (rv)