Ketika Rindu dan Doa Bertemu di Hari Ibu Lapas Cilegon
KORANDETAK.COM-Dalam suasana penuh haru dan kehangatan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Cilegon, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Banten, menggelar peringatan Hari Ibu pada hari Senin (22/12/25) yang berlangsung khidmat dan sarat makna. Kegiatan ini menjadi momentum refleksi bagi seluruh warga binaan untuk kembali mengingat sosok ibu, perempuan yang tak pernah lelah mencintai, mendoakan, dan menunggu, meski jarak dan waktu memisahkan.
Bertempat di Masjid Lapas Kelas IIA Cilegon, kegiatan diisi dengan doa bersama, pembacaan puisi, renungan Hari Ibu, serta ungkapan rasa cinta dan penyesalan dari para warga binaan. Suasana mendadak sunyi ketika beberapa warga binaan tak kuasa menahan air mata saat mengenang perjuangan ibu mereka, peluh yang tak pernah dihitung, lelah yang tak pernah dikeluhkan, serta doa yang terus mengalir tanpa syarat.
Di balik tembok tinggi dan jeruji besi, cinta seorang ibu tetap hidup dan tak pernah terkurung. Banyak warga binaan yang mengakui bahwa kesalahan yang membawa mereka ke dalam lapas justru membuka mata mereka akan besarnya pengorbanan seorang ibu. Hari Ibu menjadi pengingat bahwa kasih ibu adalah cahaya yang tetap menyinari, bahkan di tempat yang paling gelap sekalipun.
Kepala Lapas Kelas IIA Cilegon, Ibu Mariske, dalam sambutannya menyampaikan pesan yang menyentuh hati seluruh hadirin. Ia menegaskan bahwa peringatan Hari Ibu bukan sekadar seremonial, melainkan ruang untuk menumbuhkan kesadaran, penyesalan, dan tekad untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
“Seorang ibu tidak pernah berhenti mencintai anaknya, bahkan ketika dunia berhenti percaya. Hari ini kita belajar bahwa kesempatan untuk berubah selalu ada, selama masih ada doa ibu yang menyertai langkah kita,” tutur Ibu Mariske dengan penuh ketulusan.
Lebih lanjut, Ibu Kalapas menekankan bahwa pembinaan di dalam lapas tidak hanya berfokus pada kedisiplinan dan keterampilan, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan dan batin warga binaan. Menurutnya, menghadirkan nilai-nilai keluarga, terutama peran ibu, adalah bagian penting dalam proses pembinaan mental dan moral.
“Jangan sia-siakan air mata dan doa seorang ibu. Jadikan masa pembinaan ini sebagai jalan pulang—pulang sebagai anak yang lebih baik, lebih bertanggung jawab, dan lebih berharga,” tambahnya.
Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi titik balik bagi warga binaan untuk menata ulang kehidupan mereka. Di momen penuh makna ini, para warga binaan diajak menuliskan pesan dan doa untuk ibu mereka, sebuah ungkapan rindu yang tak selalu bisa terucap secara langsung, namun sarat dengan penyesalan dan harapan.
Peringatan Hari Ibu di Lapas Kelas IIA Cilegon membuktikan bahwa nilai kasih sayang, cinta, dan pengampunan dapat tumbuh di mana saja. Di balik tembok lapas, ada hati yang sedang belajar memperbaiki diri, dan di luar sana, ada ibu yang tak pernah berhenti menunggu kepulangan anaknya dengan doa dan cinta yang tak berbatas.(Red).
