Berjuang Membantai Lumpur Pasca Banjir Bekasi, Proses Sterilisasi Rumah yang Terdampak Banjir
Banjir besar yang telah melanda wilayah Bekasi pada awal Maret kemarin tepatnya pada hari Selasa, 4 Maret 2025 memberikan pengaruh yang sangat besar pada berbagai bidang. Banjir yang terjadi ini dinilai lebih parah dibandingkan banjir-banjir sebelumnya seperti pada tahun 2020 lalu. Hingga 10 kecamatan di Kota Bekasi yang terdampak banjir ini mulai dari pemukiman, jalanan, hingga fasilitas umum. Lalu lintas sempat terhambat selama beberapa hari dan mulai sedikit demi sedikit mereda dan kembali normal.
Salah satu wilayah yang cukup parah terdampak banjir adalah komplek perumahan penulis di Vila Nusa Indah II. Titik tertinggi banjir mencapai sekitar 2 meter di depan rumah. Dan bagian dalam rumah banjir mencapai setinggi dada orang dewasa. Menurut kesaksian tetangga, air mulai masuk ke dalam rumah pada pukul 2 dini hari dan dengan cepat arus bertambah hingga pukul 4 air sudah berada setinggi dada orang dewasa. Nampak bekas tinggi banjirnya di tembok rumah menandakan apapun barang yang berada di bawahnya tidak akan terselamatkan.
Karena saat itu rumah penulis kosong sedang tidak ada yang menghuni, barang-barang yang berada di jangkauan banjir tidak dapat dievakuasi, mulai dari motor, kasur, lemari dan baju, kulkas, alat makan, juga barang barang elektronik seperti terminal, kipas angin, kompor, mesin cuci, dan setrika. Surutnya banjir sehari setelahnya dan hanya menyisakan lumpur yang menutupi seluruh permukaan lantai dan apapun yang berada di bawah.
Penulis baru bisa mengunjungi rumah untuk sterilisasi pada hari Sabtu, 8 Maret karena kegiatan perkuliahan yang tidak bisa ditinggalkan. Dengan mengajak dua rekan asrama untuk membantu bersih-bersih pasca banjir tanpa ada gambaran apapun seberapa parah dampak banjir ini pada lingkungan rumah. Menggunakan KRL dari Bogor menuju Bekasi dan dilanjutkan taksi online hingga depan gang rumah menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan dan disambut lumpur yang menyebabkan mobil tidak memungkinkan lewat sampai depan rumah.
Tinggi lumpur mencapai mata kaki sehingga penulis dan rekan-rekan terpaksa melepas alas kaki dan menerjang lumpur hingga sampai di depan rumah. Beruntungnya, tetangga seberang rumah bersedia memberikan ruang bersih untuk kami bersiap-siap gotong royong membasmi lumpur di dalam rumah.
Dengan keadaan berpuasa, mulai dari pukul 11 siang kami tak henti henti mengeluarkan lumpur dari setiap ruangan. Mulai dari ruangan terjauh yaitu dapur. Betapa terkejutnya kami saat kulkas ikut terguling karena terbawa tingginya banjir dan berubah posisi menjadi tidur saat air sudah surut. Berbagai peralatan dapur, sabun, juga meja disikat dan diserok menggunakan peralatan kebersihan yang ada. Pompa air pun penuh dengan lumpur sebelum dibersihkan dan dicoba untuk dinyalakan, beruntungnya pompa air masih berfungsi dengan baik sehingga kami tidak kekurangan pasokan air bersih untuk kebutuhan sterilisasi rumah.
Rampung menyelesaikan bagian dapur, berlanjut ke bagian kamar mandi. Peralatan mandi terkumpul di lubang kloset, disebabkan ketika surut air pun masuk ke dalam lubang kloset dan peralatan mandi seperti sikat gigi, sabun, dan sebagainya ikut terbawa dan menutupi lubang kloset.
Hari pertama sterilisasi berakhir pada pukul 17.45 untuk bersiap-siap berbuka puasa. Menyisakan beberapa ruangan mulai kamar, ruang tamu, dan bagian teras. Karena tidak memungkinkan untuk dijadikan tempat bermalam, kami menginap di rumah tetangga untuk beristirahat sejenak.
Hari kedua berlanjut dimulai dari setelah sahur dan salat Subuh, menyelesaikan ruangan yang belum tersentuh dan merapikan perabotan yang berantakan dan lapuk karena terendam air berjam-jam. Hari kedua ini dapat dikatakan lebih berat dibandingkan hari pertama karena ruangan yang cukup sulit dibersihkan dan barang-barang yang lebih sulit dijangkau. Naasnya banyak bahan kapas seperti kasur, selimut, dan baju juga tidak terselamatkan.
Sterilisasi baru selesai pada pukul 18.00 dan menjelang berbuka puasa. Dapat dikatakan pasca banjir pun tak lebih buruk saat kejadian banjir melanda. Tak hanya menguras tenaga, bersih-bersih pasca juga menguras psikis, dan emosional karena pemandangan rumah sendiri yang hancur dan banyak barang kepemilikan pribadi yang harus direlakan untuk dibuang karena rusak oleh lumpur.