AVA Jadi Transformasi Digital Bidang Otomotif untuk Masa Depan Mobilitas Cerdas Nasional
Bandung-Inovasi teknologi strategis bidang otomotif hadir dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. Produk yang dipamerkan dan menjadi ikon baru transformasi digital bidang otomotif tersebut adalah prototipe kendaraan otonom listrik bernama AVA, Kamis (7/8).
AVA merupakan Autonomous Vehicle (AV) berdaya listrik hasil kolaborasi antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mitra industri yang dikembangkan sebagai solusi mobilitas cerdas dengan biaya rendah untuk mendukung transformasi digital sektor logistik, industri, dan pariwisata di Indonesia.
Berbeda dari kendaraan otonom umumnya yang bergantung pada sistem navigasi mahal seperti LiDAR atau GPS, AVA mengandalkan teknologi computer vision berbasis kamera dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk bernavigasi secara andal dalam berbagai kondisi cuaca dan kondisi pencahayaan.
Asisten Tim Dosen Teknik Fisika ITB yang mengembangkan AVA, Luqman Ardiseno menjelaskan, bahwa kendaraan ini dikembangkan untuk dapat beroperasi secara mandiri di wilayah dengan operasi terbatas, seperti bandara atau pelabuhan. Sistem ini telah dikembangkan secara bertahap sejak 2017 dan prototipe awal berskala besar telah diuji di Pelabuhan Teluk Lamong, Jawa Timur, dan berhasil.
“Mobil ini bergerak dengan cara mengikuti marka jalan. Jadi, untuk menjalankan sistem ini, infrastruktur yang pertama harus dibangun adalah jalan dengan marka khusus,” ujar Luqman, mahasiswa S2 Teknik Manufaktur ITB yang mengembangkan AVA.
Keunggulan AVA terletak pada kemampuannya untuk menavigasi tanpa sensor mahal yang menjadikannya sebagai salah satu kendaraan otonom yang terjangkau dan efisien secara energi. Dengan tenaga listrik sepenuhnya, AVA memiliki jangkauan hingga 100 kilometer dalam sekali pengisian daya selama delapan jam. Daya tampungnya empat sampai tujuh penumpang dan dikendalikan melalui sistem elektronik drive by wire, dengan antarmuka pengguna berbasis layar sentuh.
Secara teknis, AVA menggunakan motor BLDC 3kW dengan baterai LiFePO4 72 V 9 kWh dengan sistem penggeraknya rear drive. Ukuran bodinya relatif kompak, yaitu panjang 2,7 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 2,2 meter, dengan bobot hanya sekitar 500 kilogram. Sensor kameranya akan membaca marka jalan dan mengirim sinyal ke komputer pusat untuk mengarahkan mobil. Bila marka tertutup atau ada objek terlalu dekat, sistem akan otomatis menghentikan kendaraan untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
“Kami memangkas penggunaan sensor mahal, tapi tetap memastikan keamanan dengan sensor jarak yang menghentikan mobil saat ada objek dalam radius 40 cm,” jelas Luqman.
Konteks pengembangan AVA sejalan dengan target ekonomi transformasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, yakni beralih dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi bernilai tambah tinggi berbasis teknologi. Dalam peta jalan riset nasional yang dibahas di KSTI 2025, kendaraan listrik otonom menjadi salah satu simpul strategis dalam ekosistem industri masa depan.
Keberhasilan AVA juga menjadi cerminan dari prinsip efisiensi dan kemandirian teknologi dalam negeri. Jika sebelumnya kendaraan otonom buatan luar negeri seperti dari Tiongkok mengalami kesulitan beroperasi di kondisi jalan Indonesia, maka AVA dirancang secara spesifik untuk mengakomodasi karakteristik infrastruktur lokal.
Dari sisi tingkat kesiapan teknologi, prototipe ini telah mencapai 7 hingga 8, yang berarti sudah masuk tahap demonstrasi di lingkungan nyata dan hanya selangkah lagi menuju komersialisasi penuh. Kolaborasi antara ITB, PT Inovasi, EPS, dan Tessa memungkinkan pengembangan sistem ini terus berjalan hingga benar-benar siap digunakan secara luas di masyarakat.
Dengan potensi pasar global kendaraan otonom yang diprediksi mencapai USD 300 sampai 400 miliar pada 2035 mendatang, AVA bukan hanya merupakan solusi untuk kebutuhan mobilitas lokal, tetapi juga membuka peluang ekspansi teknologi Indonesia ke kancah global.
AVA adalah bukti nyata, bahwa kolaborasi riset, dan inovasi anak bangsa adalah upaya strategis untuk menjawab tantangan yang berkembang di masyarakat. Ini sejalan dengan komitmen Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dalam arah kebijakan Diktisaintek Berdampak. Kemdiktisaintek yakin, AVA dan inovasi otomotif putra-putra terbaik negeri akan melaju bebas dari ujung barat hingga timur Indonesia.